Mari peduli dengan dakwah
Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek terhadap dakwah berarti bukan mukmin sejati. Apa iya kita tega jika ada teman kita yang berbuat maksiat tapi kita diamkan saja?
Bahkan Allah Ta’ala memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS Fushshilat [41]: 33)
Dalam ayat lain Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk berdakwah. Seperti dalam firmanNya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl [16]: 125)
Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek terhadap dakwah berarti bukan mukmin sejati. Apa iya kita tega jika ada teman kita yang berbuat maksiat tapi kita diamkan saja?
Bahkan Allah Ta’ala memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS Fushshilat [41]: 33)
Dalam ayat lain Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk berdakwah. Seperti dalam firmanNya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl [16]: 125)
Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga planet bumi ini. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Betul, ketika kita belajar ilmu bumi, disebutkan bahwa dunia ini terdiri dari sepertiga daratan dan dua pertiga lautan. Subhanallah, inilah prestasi hebat para pendahulu kita. Itu karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid” di bumi ini dan punya kepedulian untuk menyebarkan dakwah dan jihad. Sesuai dengan seruan Allah Swt.“Dan perangilah mereka itu, hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (QS al-Baqarah [2]: 193)
Kini, jaman sudah jauh berubah ketimbang ribuan tahun lalu saat Islam mulai menyebar. Saat ini arus informasi makin sulit dikontrol. Internet, misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Celakanya, ternyata banyak di antara kita yang harus mengurut dada lama-lama, bahwa kenyataan yang harus kita hadapi dan rasakan adalah lunturnya nilai-nilai ajaran Islam kita. Tentu ini akibat informasi rusak yang telah meracuni pikiran dan perasaan kita. Kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam rayuan maut peradaban rusak itu; seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas. Mengerikan.
Sobat, Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk membangun kembali dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada partisipasi kita dalam dakwah ini.
Coba, apa kita tidak merasa risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja (dan juga orangtua)? Apa kita tidak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas pelajar dan tentunya orang dewasa yang makin meroket saja? Apa kita tidak merasa kesal melihat tingkah sebagian teman remaja yang hidupnya tak dilandasi dengan ajaran Islam?
Seharusnya masalah-masalah seperti inilah yang menjadi persoalan kita siang dan malam. Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat pikiran dan perasaan kita tidak tenang jika belum berbuat untuk menyadarkan sesama dengan dakwah ini.
Itu sebabnya, kita sebisa mungkin melakukan aktivitas mulia ini, sebagai bukti kasih sayang kita kepada saudara yang lain. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)
Untuk ke arah sana, tentu membutuhkan kerjasama yang solid di antara kita. Sebab, kita menyadari bahwa kita bukanlah Superman atau Rambo yang bisa melakukan aksi menumpas kejahatan hanya dengan seorang diri. Jika kita ingin cepat membereskan berbagai persoalan tentu butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita harus disatukan dengan ikatan akidah Islam yang lurus dan benar. Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah di antaranya alasan kenapa kita wajib berdakwah, menaruh peduli, dan tentunya menyiapkannya dengan benar dan baik.
Sobat muda muslim, biar dakwah kita mantap, mulailah menancapkan niat yang kuat untuk mengkaji Islam. Insya Allah, ketika udah mantap, tanpa harus dipaksa pun kita akan memulai berdakwah. Terus dan terus tanpa henti. Kata seorang teman, pokoknya “sejati” alias sekali jajal tak mau henti. Percayalah!
Oya, meski dalam dakwah pasti ada ujian dan fitnah, kita harus tetap sanggup bertahan. Jangan cengeng kayak Aas Rolani yang nyanyiin Tetes Banyu Mata 2 dalam irama tarling dangdut: “fitnahan lan hasutan wis ora sanggup nahan” Halah! Jangan nyerah dong!
Sobat, Allah Swt. udah memotivasi kita:”You are the best!” Yup, “Kuntum khairu ummah!” (kamu sekalian adalah umat yang terbaik!) Wuih, keren banget kan? Nah, biar disebut umat terbaik, maka kita kudu beriman kepada Allah Swt. serta aktif dan giat berdakwah (amar ma’ruf nahi munkar). Tentu, dengan tiada henti. Allahu Akbar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar