myspace codes
Click here for Myspace glitter graphics and Myspace layouts
bismillah
hijab

Sampaikan Walau Satu Ayat

DIPERSILAHKAN JIKA INGIN MENGCOPY DAN MENYEBARLUASKAN ARTIKEL PADA BLOG INI.

CINTA KITA CINTA ILAHI...UKHUWAH KITA UKHUWAH FILLAH..

ANDAI PERJUANGAN INI MUDAH, PASTI RAMAI MENYERTAINYA...
ANDAI PERJUANGAN INI SINGKAT. PASTI RAMAI YANG ISTIQAMAH...
ANDAI PERJUANGAN INI MENJANJIKAN KESENANGAN DUNIA, PASTI RAMAI TERTARIK PADANYA...
TETAPI HAKIKAT PERJUANGAN BUKAN BEGITU...
TURUN NAIKNYA..SAKIT PEDIHNYA...
UMPAMA KEMANISAN YANG TAK TERHINGGA...
ANDAI REBAH BANKITLAH SEMULA..
ANDAI TERLUKA INGATLAH JANJINYA
INGATLAH WAHAI SERIKANDI ISLAM.....

Selasa, 30 November 2010

MENGHIAS HATI DENGAN MENANGIS




“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Menyadari bahawa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain.
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung.

Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahawa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain. Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolahkan kita. Kerana itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt. Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

Menyadari bahwa syurga tak akan dapat masuk hanya dengan amal yang sedikit.

Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam syurga. Fikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup. Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahawa, para generasi zaman sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk syurga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah. Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram, soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga. Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat'.

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih.

Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: syurga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya. Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

PUISI : CINTAKU HANYA MILIK-MU





Bukan mudah Ya ALLAH…
Berdiri di tangga kemewahan, kenikmatan dan kesenangan
Keindahan dunia ini menganggu ku
Kemanisan hubbu dunya ini mencarik-carik imanku
Dimanakah aku tanpa kecintaan padaMU

Aku runsing Ya ALLAH
Aku berlari ke sana dan ke sini
Aku mencari dan terus mencari
Dimanakah ku tagih cinta Ilahi
Bagaimana harus ku bayar nikmat yang Kau beri
Sedang aku tidak diuji
Maka saat aku tidak diuji, adalah ujian yang terbesar sekali
Andai bisa aku berbicara denganMU
Dan ku harap Kau mendengar pengaduanku
Sungguh aku bukan bercakap kosong
Inilah keluhan hatiku
Yang merindu cinta MU, yang mengharap keredhaan MU….

Ampuni aku Ya ALLAH
Aku lemah lagi tak bermaya
Melawan sesuatu yang digelar fana dunia
Aku tak mampu Ya ALLAH,
Belenggu ini menghimpit ku…
Belenggu ini menghiburkan hatiku
Sehingga aku senang denganya
Sehingga aku takut kehilanganya
Sedang cintaMU itu sangat luar biasa…
Sedang cintaMU itu lebih dari segala-galanya…

Sungguh aku tak layak Ya ALLAH menghampiri syurgaMU
Dan pasti menggeletarlah seluruh tubuhku mendengarkan api nerakaMU
Lalu ke manakah langkahku
Selayaknya dimanakah tempatku
Atas redhaMU ya Rabbi..
aku hanya menuruti
Andai aku diseksa, kan aku patuhi
Asalkan Kau meredhai hidupku ini

Terima Kasih Ya ALLAH kerana sudi menyayangi diri ini
Terima Kasih Ya ALLAH kerana sering mendengar pengharapan serta pengaduanku
Terima Kasih Ya ALLAH kerana sering bersama-sama denganku,
tak kira apa keadaan imanku
Sesungguhnya Ya ALLAH,
cinta ku hanya milikMU…

KEMANA ANDA SEKARANG



Kita sekarang dihidupkan oleh Allah, di bumi Allah dan di dalam zaman yang Allah tentukan. Selepas itu kita akan dikembalikan, sama ada disedari atau tidak ke salah satu daripada dua negeri yang kekal abadi iaitu syurga atau neraka.

Sekarang kita sedang berjalan ke destinasi yang kita sendiri pilih - syurga atau neraka. Allah menyediakan dua jalan untuk kita pilih. Terpulanglah kepada kita untuk memilih sama ada jejak ke syurga atau jejak ke neraka.

Namun begitu, Allah sudah memberitahu kita di dalam Al-Quran, tentang betapa nikmatnya kehidupan dan pengalaman manis di syurga. Begitu juga dijelaskan betapa azabnya kehidupan dan pengalaman ngeri di neraka. Nabi Muhammad saw. juga menguatkan lagi melalui hadith-hadithnya yang masih segar dibaca dan didengar hingga ke hari ini.

Sebagai makhluk yang diberikan kesempurnaan akal fikiran, manusia boleh berfikir kesan dan risiko yang bakal diterima akibat dari sesuatu tindakannya. Setiap sesuatu itu ada sebab-musababnya. Allah masukkan seseorang ke syurga kerana dalam hidupnya di dunia ini, dia memilih jalan ke syurga. Begitu juga Allah masukkan seseorang itu ke neraka kerana dalam hidupnya dia sengaja memilih jalan ke neraka. Terpulang kepada kita hendak mengikuti jejak syurga atau jejak neraka...

Pilih dan ikutlah jalan ke syurga sebagaimana yang disenaraikan di bawah:

-beramal semasa muda lagi
-bertolong-tolongan kerana Allah
-jauhi diri dan keluarga dari zina
-mendidik anak kewajipan beragama
-mendirikan solat wajib dan sunat
-bertahajjud di tengah malam
-menangis dan menginsafi diri kerana takut akan ALlah
-bersedekah, menderma dan berwakaf secara senyap
-berpaut hati pada masjid
-sentiasa belajar hal-ehwal agama
-sembahyang berjemaah
-selalu berada di tempat pengajian agama
-menziarahi orang sakit
-mengiringi mayat hingga ke kubur
-mengadakan khenduri cara Islam
-mendamaikan pergaduhan
-menolong anak yatim dan miskin
-dan lain-lain perkara kebajikan.

Pada masa yang sama hindarilah jejak neraka yang disenaraikan di bawah:

-tidak mengajar anak hal-hal keagamaan
-kaya tapi bakhil
-menipu
-mengambil arak, dadah dan yang memabukkan
-mengadakan majlis maksiat
-berzina
-memakan harta anak yatim
-meringankan sembahyang
-tidak mengeluarkan zakat
-panjang angan-angan dan tak mahu bertaubat
-meninggalkan sembahyang
-durhaka kepada ibu bapa
-berbuat fitnah
-suami dayus (membebaskan isteri)
-ibu bapa dayus (membebaskan anak)
-makan harta haram
-berbohong dan berdusta
-menggunakan sihir
-dengki dan khianat

Sementara kita diberi peluang oleh Allah untuk memilih jalan yang menentukan nasib kita pada masa hadapan, marilah sama-sama kita saling bantu-membantu menegakkan amar makruf dan nahi mungkar yang dewasa ini sudah kurang berfungsi dan tidak diberi keutamaan lagi.

KETAWA DI DUNIA MENANGIS DI AKHIRAT




Dalam satu hadith, Nabi saw bersabda
"Banyak tertawa dan tergelak-gelak itu mematikan hati".
Banyak tertawa menjadikan hati semakin malap dan tidak berseri. Lampu hati tidak bersinar dan akhirnya terus tidak menyala. Hati tidak berfungsi lagi.

Nabi Muhammad melarang ummatnya dari gelak-ketawa yang melampuai batas. Menurut hadith, banyak ketawa menghilangkan akal dan ilmu. Barangsiapa ketawa tergelak-gelak, akan hilang satu pintu daripada pintu ilmu.

Kenapa dilarang ketawa berdekah-dekah? Dalam keadaan suka yang keterlaluan, hati kita lalai dan lupa suasana akhirat dan alam barzakh yang bakal kita tempuhi kelak. Sedangkan dahsyatnya alam tersebut tidak dapat dinukilkan dalam sebarang bentuk media. Kita sedang menuju ke satu destinasi yang belum tentu menjanjikan kebahagiaan abadi. Sepatutnya kita berfikir bagaimana kedudukan kita di sana nanti, sama ada bahagia atau derita. Berbahagia di dunia bersifat sementara tetapi di akhirat berpanjangan tanpa had. Penderitaan di dunia hanya seketika tetapi di akhirat azab yang berterusan dan berkekalan. Merenung dan memikirkan keadaan ini cukup untuk kita menghisab diri serta menyedarkan diri kita tentang bahaya yang akan ditempuh.
"Tertawa-tawa di masjid menggelapkan suasana kubur". Demikian ditegaskan oleh Nabi saw. Kita sedia maklum, kuburia lah rumah yang bakal kita duduki dalam tempoh yang panjang. Kita keseorangan dan kesunyian tanpa teman dan keluarga. Kubur adalah satu pintu ke syurga atau neraka. Betapa dalam kegelapan di sana, kita digelapkan lagi dengan sikap kita yang suka terbahak-bahak di dunia.

Ketawa yang melampaui batas menjadikan kita kurang berilmu. Apabila kurang ilmu, akal turun menjadi kurang. Kepekaan terhadap akhirat juga menurun. Nabi saw pernah bersabda: "Barangsiapa tertawa-tawa nescaya melaknat akan dia oleh Allah (Al-Jabbar). Mereka yang banyak tertawadi dunia nescaya banyak menangis di akhirat."


Saidina Ali sentiasa mengeluh '....jauhnya perjalanan ... sedikitnya bekalan ....' Walaupun hebat zuhud dan ibadat beliau, namun merasakan masih kurang lagi amalannya. Betapa kita yang kerdil dan malas beribadat ini sanggup bergembira 24 jam.

Dalam hadith lain, Nabi saw bersabda "Barangsiapa banyak tertawa-tawa, nescaya meringankan oleh api neraka. "Maksudnya mudah dimasukkan ke dalam neraka".

Kita tidak pula dilarang menunjukkan perasaan suka terhadap sesuatu. Cuma yang dilarang ialah berterusan gembira dengan ketawa yang berlebihan. Sebaik-baik cara bergembira ialah seperti yang dicontohkan oleh Nabi saw. Baginda tidak terbahak-bahak tetapi hanya tersenyum menampakkan gigi tanpa bersuara kuat.

Para sahabat pernah berkata "Ketawa segala nabi ialah tersenyum, tetapi ketawa syaitan itu tergelak-gelak."
Muslimah Islam..
Beginilah jalanmu..
Tundukkanlah pandanganmu..
Keraskanlah suaramu..
Seriuskanlah perwatakanmu..
Tampilkan ketegasanmu..
Bila engkau di depan atau di belakang..
Atau di kiri atau di kanan lelaki..
Walau atas apa alasan sekalipun..
Ketuk keegoan mereka..
Bangkitkan mereka dari mimpi..
Jelaskan dengan amalmu..
Bahawa percampuran bukan caranya..
Bahawa keseronokan adalah palsu..
Bahawa di sini tiada kebahagiaan..
Hanya kehancuran..

Andaikan engkau belum berkahwin..
Ingatlah janji tuhan..
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik..
Jangan menggadaikan maruahmu semata-mata..
Kerana seorang lelaki..
Jangan memakai pakaian yang menampakkan susuk tubuhmu..
Hanya untuk menarik perhatian dan memikat kaum lelaki..
Kerana engkau bukan memancing hatinya tetapi merangsang nafsunya..

Muslimin yang baik tidak melihat paras rupa..
Muslimin yang soleh tidak memilih wanita yang terdedah auratnya..
Muslimin yang warak tidak memilih wanita melalui keayuan dan kemanjaannya..
Serta kemampuan menggoncang iman mereka..
Tapi, muslimin yang baik menilai wanita melalui akhlaknya..

cinta kepada Allah SWT




Cinta
Cinta kepada Allah SWT
Dalam kehidupan kita di dunia ini, kita tidak terlepas dari perangai suka dan tidak suka, cinta dan benci, baik kepada sesama manusia sebagai perorangan, golongan, dan ummat, maupun kepada sesuatu benda (materi) ide dan tanah air kita sendiri.
Mencintai ataupun dicintai fitrah manusia, setiap insan di dunia pasti merasakanya indah ceria kadang merana itulah rasa cinta , kadang kala jika kita melebihi rasa cinta kita kepada sang kekasih/lawan jenis, kita mudah sekali masuk ke jurang nestapa dan terpruk didalamnya yaitu lupa akan segalanya, lupa agama, lupa akan dosa (jika masih belum muhrim diantara keduanya, tanpa mengingat sang khalik akan dosanya nati kelak jika berbuat yang telah melanggar ajaran-ajaran agama ), lupa dalam segi masa depan nanti kelak (jika masih belum mapan, contoh :status pelajar, keinginan yang akan dicapainya tidak akan tercapai, kenapa ? karena ia hanya mementingkan masa mudanya untuk berfoya-foya tanpa melihat ke depannya nanti bagaimana?,bukan begitu tapi bagaimana nanti?.
Coba kita perhatikan era-era di jaman sekarang, banyak pemuda-pemudi kita yang sudah mengikuti etika yang kebarat-baratan, tidak pernah mengamalkan ajaran-ajaran yang dianut agamanya, “naudzubilahi mindzalik”.
Di dalam peribahasa inggris mengatakan “love is blind”= cinta itu buta, banyak anak pemuda/pemudi di jaman sekarang yang sudah terjerumus ke jurang nestapa terkena penyakit “cinta buta”, penyakit apa sih itu?, yaitu penyakit seseorang yang sudah cinta mati (diibaratkannya) ke pada lawan jenisnya, sampai-sampai lupa akan segalannya ajaran-ajaran agamannya,tuhannya,keluargannya, dll. Semua pasti akan ditaruhkannya untuk mendapatkan seseorang yang disukainnya itu.
Iya kalau dapat, tetapi kalau tidak ?, bahkan jika pasangannya tidak suka lagi, ia akan meninggalkannya begitu saja, di ibaratkan “habis manis sepah dibuang”. Banyak sekali seseorang yang membuang bayinya begitu saja atau mengarbosi, memang hari lama kelamaan sudah mendekati kiamat, tanda-tanda hari itu pun berdatangan satu persatu.
Para manusia melalaikan perintah-perintah sang khalik, hingga ada yang berpaling darinnya, di putus kekasihnya, main bunuh diri atau langsung prustasi/stres sampai-sampai menjadi gila.
Maka dari itu berlindunglah pada Allah SWT dari cinta palsu, cinta palsu bisa menipu daya dan melenakan kita ke jurang nestapa maka sadarilah wahai kawan. Utamakanlah cinta padaNYA (Allah SWT), jika kita tetap menjaga cinta kita kepada Allah SWT dengan sempurna, niscahya kita juga akan dicintaiNya juga.
Islam menuntut kepada setiap ummatnya supaya perangai suka itu hendaklah karena Allah semata. Ini berarti kita mencintai seseorang bukan karena pangkatnya, kedudukanya, hartanya, dll, melainkan orang bersangkutan itu adalah pencinta Allah dan karenanya selalu kelihatan dalam menjalankan setiap perintahnya dan menjauhi larangaNya.
Demikian juga cinta manusia ke pada lawan jenis, suatu benda, tanah airpun harus semata-mata karena Allah. Dan tanah air itu haruslah selalu dalam kebenaran dan kalu terdapat yang salah maka segera diperbaiki.
Apaka benar kita sudah mencintai Allah SWT sang khalik kita?
Maka kalaulah benar, haruslah benar dalam tingkah lakunya sehari-hari, yaitu antara lain:
1.)selalu melakukan ibadah kepadaNya, contoh sholat dll.
2.)selalu menyebut AsmaNya, yaitu Asma’ul Husna dan juga dengan cara membaca kalamullah yitu Al-Qur’an.
3.) begitu juga cinta kepada rasulNya.
4.)patuh kepada segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangaNya dll.
Disini saya akan menaruh sebuah dua pertanyaan yang berkecinambungan tentang topik ini dengan jawabannya :
a.)apa yang menyebabkan dicintai Allah ?
jawab : yang menyebabkan dicintai Allah adalah orang yang meninggalkan keduniaan.
b.)apa yang bisa dikatakan cinta sejati dalam kehidupan ini?
Jawab: *barang siapa meninggalkan dunia, maka ia dicintai oleh Allah SWT.
*barang siapa yang meninggalkan dosa, maka ia dicintai oleh malaikat.
*barang siapa yang meninggalkan dirinya dari sifat tamak, maka ia dicintai oleh seluruh umat islam.
Isilah masa atau waktu hidup kita dengan banyak –banyak bertasbih atau berdzikir kepadaNya, dan ikutilah ajaran-ajaranNya dengan beramal saleh dan tetap harus mengisinya dengan kesabaran, karen sesungguhnya Allah SWT kecintaanya itu adalah bersama orang-orang yang sabar.
INNALLAHA MA’AS SHABIRIN !!!!!!!.

Kuatkan Diri Anda




Anak kecil yang baru bisa berdiri atau berjalan senantiasa membutuhkan orang lain untuk berpegangan sebab belum dapat melakukannya sendiri, karena ada rasa takut dan khawatir. Perlahan dengan latihan setiap hari dengan bimbingan orang tua mulailah timbul kepercayaan diri untuk melakukan. Demikian halnya kita, orang yang dewasa, banyak hal di dalam hidup ini kita tidak melakukan segala hal seorang diri. Kita membutuhkan orang lain, dan bergantung kepada seseorang yang kita anggap kuat. Rasa kepercayaan diri bahwa kita sanggup mengerjakan sendiri terkadang tidak terpikirkan. Sebelum mencoba kita sudah merasa lumpuh tidak berdaya, lemah dan yakin kita jatuh tersungkur.

Namun ketika kenyataan yang tak terelakkan, orang yang menjadi sandaran telah tiada, terenggut dari sisi kita karena kematian atau perpisahan dan kita merasa sendiri tanpa ada tempat pegangan dan sandaran. Apakah kita akan terus duduk termenung atau berbaring menunggu seseorang yang menuntun kita untuk bangkit dan berjalan lagi? Apakah kita akan terus menangis sampai orang mendengarkan suara kita dan menghapus air mata kita? Apakah kita tidak mencoba menggerakkan kaki dan tangan kita? berdiri dan berjalan, beberapa kali kita jatuh dan bangun lagi. Tiba waktu untuk bangkit, cukup kuat berdiri dan berjalan. Kekuatan anda bergantung pada sandaran kokoh, kuat dan abadi. Sandarkan diri kepadaNya.

Allah mengangkat segala bentuk yang lemah, tidak berdaya. Anda dibangkitkan dengan penuh Kasih SayangNya dengan berbagai jalan kehidupan yang terjal berliku. Tertumpah setiap tetes air mata dan hati yang penuh luka. Anda sanggup untuk berdiri menghadapi kehidupan, berjalan dan berlari, terbukti bahwa anda masih diberikan untuk bisa bernapas menghirup udara segar dan menikmati indahnya matahari disiang hari. Kita telah diberikan kesanggupan untuk mengurus keluarga, membagikan cinta dan kasih sayang untuk anak-anak kita. Itu bertanda Allah telah memberikan kita kesanggupan dan kekuatan kepada kita sebagai pengatur yang handal. Nah, mengapa bakat dan kemampuan tidak kita sadari dan berkembang disaat tidak ada seorangpun yang menopang hidup kita? Tunjukkan bahwa ada ataupun tiada seorangpun yang menopang anda tetap seorang pemimpin yang baik, bagi kehidupan anda, untuk anak-anak dan untuk siapapun yang membutuhkan pertolongan anda.

Kenalilah perasaan-perasaan diri kita sendiri, rasa takut, khawatir akan hidup sendiri, rasa tidak percaya bahwa kita sanggup melakukan segala sesuatunya sendiri. Rasa takut dan khawatir ini menghambat kepercayaan diri kita, membuat kita tidak akan melangkah maju dalam kehidupan, Kita terpaku pada keadaan sekarang, terbenam dalam penderitaan dan kesedihan yang tak kunjung berakhir dan kita tidak keluar dari kubangan lumpur yang membenamkan kita jika kita tidak keluar. Kuatkan diri anda dengan memohon kekuatan kepada Allah agar diberikan kesanggupan memikul beban yang sudah menjadi tugas kita pada saat ini untuk menuju kehidupan yang lebih baik, lebih indah dan mulia.

'Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.' (QS. Ali Imran : 139).

Wassalam,

Jadilah Mukmin Yang Kuat




Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, 'Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. Namun keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal2 yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah, janganlah engkau lemah. (HR. Muslim). Itulah sebabnya, jika hendak memilih teman sejati atau pasangan hidup sesungguhnya, lihatlah dirinya ketika menghadapi masalah dan bagaimana cara dia menyelesaikan masalah tersebut. Sebab sosok pribadi yang sesungguhnya terlihat disaat bagaimana dia menyelesaikan masalahnya.

Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama, kullama zada al mathlub sho`uba masalikuhu wa katsura `aqabatuhu wa thala zamanuhu. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.

Kita didesain oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat manusia dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.

Kita di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain kita juga menyukai kesulitan. Kita tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung.

Banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa? karena kita memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah. Ada keindahan dalam kesulitan yaitu disaat kita menyandarkan semua kesulitan kepada Sang Khaliq.

Wassalam,

Cerdas menyikapi Ujian ala Mukmin

Jika manusia diberi kebebasan untuk memilih antara hidup senang di dunia tanpa beban masalah, cobaan hidup atau hidup senang dengan dibumbui dengan ujian-ujian hidup, maka mayoritas akan memilih hidup senang tanpa dibebani oleh ujian atau masalah-masalah hidup. Mengapa demikian ?. Karena sudah menjadi sifat manusia menyukai sesuatu yang memberikan kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan. Di sisi lain ada golongan manusia yang teguh berkeyakinan bahwa dunia ini hanya sekedar tempat persinggahan sementara, kemudian pada akhirnya akheratlah tempat akhir dari perjalanan hidup. Mereka ini senantiasa menikmati hidup dengan tetap menjaga kesyukuran, baik disaat lapang atau sempit. Golongan ini lazimnya disebut sebagai orang-orang mukmin sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh SAW ketika menggambarkan bagaimana cara orang-orang mukmin dalam menyikapi cobaan-cobaan hidup “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya.” .

Ada beberapa faedah (yang bisa kita ambil) dari hadits ini :
Adanya dorongan (untuk tetap kokoh) diatas keimanan. Dan seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
Adanya dorongan untuk sabar atas kesusahan yang menimpa. Karena (sabar) merupakan perangai keimanan. Apabila anda sabar dalam menghadapi kesusahan dan diiringi dengan menanti (pertolongan) Allah agar dibebaskan dari (kesusahan tersebut). Kemudian mengharap pahala Allah Subhanahu wata’ala, maka hal tersebut merupakan tanda keimanan.
Adanya dorongan untuk bersyukur tatkala (memperoleh) kesenangan. Jika seorang bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat yang diperoleh. Maka ini adalah taufiq dari Allah dan termasuk salah satu sebab bertambahnya kenikmatan.

Dari hadist di atas, kita dapat mengetahui kriteria-kriteria yang menjadi karakter mukmin sejati. Ketika orang mukmin tertimpa suatu musibah, cobaan atau masalah maka dia menganggap baik segala ketentuan Allah baginya. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar. Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama ; seperti ilmu, amalan sholih dan kenikmatan dunia ; seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu, seorang mukmin memperoleh dua kenikmatan, yaitu : kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia diperoleh dengan kesenangan dan kenikmatan agama diperoleh dengan bersyukur. Maka inilah kondisi seorang mukmin. Adapun mereka yang telah kita sebutkan di awal, yaitu orang-orang pemburu kesenangan duniawi dan menjadikan hidup sebatas mencari kesenangan semata. Maka ketika mereka ditimpa suatu musibah, ujian hidup bahkan musibah, mereka akan berkeluh kesah, mencemooh, mengutuk, mencerca masa (waktu) bahkan mencela Allah Azza wa Jalla. Naudzubillah min dzalik. Jika kesenangan menghampirinya, dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan ini akan menjadi balasan siksaan di akhirat. Maka kondisi orang kafir tetap jelek, baik mendapatkan kesusahan maupun kesenangan. Berbeda halnya dengan orang mukmin yang senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.

Selama roda kehidupan terus berputar, seorang takkan pernah luput dari menuai ujian dan cobaan. Dengan berbagai musibah yang datang silih berganti ini, hendaknya seorang introspeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala. Bukan mengambil jalan pintas dengan mengklaim ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Karena tidak ada yang bisa memberikan solusi terbaik dari berbagai ujian dan cobaan hidup melainkan hanya Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (Al Baqarah : 214).

Alangkah indahnya jika kita yang telah mengikrarkan bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa dan Muhammad adalah utusan-Nya berperangai seperti seorang mukmin. Ketika menghadapi ujian-ujian hidup dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah kepada kita, mensyukuri datangnya ujian tersebut dan menjadikan hikmah dibaliknya sebagai pelajaran berharga. Jika ujian itu datang berupa nikmat, maka tetap kita syukuri dan tetap berprasangka baik bahwa Allah memberikan kenikmatan sebagai penghargaan atas kesabaran kita dalam menghadapi segala cobaan-Nya. Dan jika ujian itu datang berupa kesulitan, kesusahan, kemiskinan, kelaparan, musibah dan sebagainya, maka kita bersabar atas ujian tersebut. Dan berusaha tetap berprasangka baik dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan menimpakan sebuah cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Dua perangai tersebut, yaitu syukur dan sabar merupakan amalan yang agung, bahkan keduanya termasuk dalam perangai keimanan. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama : “Iman itu dua bagian, bagian pertama adalah sabar dan bagian kedua adalah syukur”. Maka tidak ada jalan lain untuk solusi yang cerdas keluar dari masalah yang kita hadapi kecuali dengan menjadikan diri sendiri cerminan dari orang-orang mukmin.


Wallahu A’lam. 
Abdul Aziz Ar-Ra'uuf 30 November 2010
 

Menggapai cinta Alloh



Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: “Alloh, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam amal ubudiyah, cinta (mahabbah) menempati derajat yang paling tinggi. Mencintai Alloh dan Rasul-Nya bererti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta.
Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki derajat mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan rohaninya, sang hamba mendapatkan derajat wahana yang dicintaiNya.Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Alloh), Imam Ibnu Qayyim menuturkan tahap-tahap menuju wahana cinta Alloh. Bahawasanya cinta sentiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan kalbu, di sanalah cinta Alloh berlabuh. Hal ini Cinta Alloh merupakan refleksi daripada disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Alloh.
Tahap-tahap menuju wahana cinta kepada Alloh adalah sebagai berikut:
1.  Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Alloh yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Al-Qur’an merupakan kemuliaan(ishmatun liman tamasak wa najatun limanittaba’a) bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Alloh ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
2. Taqarub kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Alloh. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Alloh. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Alloh, antaranya ialah: shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3.  Melazimkankan zikir kepada Alloh dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal dan perilaku.
 Kadar kecintaan seseorang terhadap Alloh bergantung kepada kadar zikirnya kepadaNya. Zikir kepada Alloh merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Alloh dan orang yang dicintai Alloh. Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو معاوية وبن نمير قالا حدثنا الأعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الله عز وجل : أنا مع عبدي حين يذكرني فإن ذكرنيفي نفسه ذكرته في نفسي وان ذكرنيفي ملأ ذكرته في ملأ هم خير منهم وان اقترب إلى شبرا اقتربت إليه ذراعا وان اقترب إلى ذراعا اقتربت إليه باعا فإن أتاني يمشى أتيته هرولة وقال بن نمير في حديثه أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه حيث يذكرني.تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين(أحمد)
”Aku bersama hambaKu,selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu”.
4. Mengutamakan cinta kepada Alloh di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Alloh meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, di atas itu derajat para Rasul dan di atasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Alloh.
5. Kesinambungan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Alloh Subhanahu wa Ta'ala Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Alloh dan sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Alloh, sifat-sifat dan af’al-af’al Alloh dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Alloh.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Alloh lahir dan batin akan menyampaikann kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Alloh. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba kecuali Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Alloh secara lahir dan batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.
7. Ketundukan hati secara total di hadapan Alloh, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan shalat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan menyampaikan kepada cinta Alloh yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Alloh ketika Dia turun. Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Pada saat itulah Alloh Subhanahu wa Ta'ala turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan shalat malam agar mendapatkan cinta Alloh.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

Merindukan Alloh

Ketika malam telah larut, alam fikiranku melayang mengembara kearah kegelapan malam, fikiranku menerawang kesebuah kuburan yang kaku, gundukan tanah merah yang dingin, perut bumi yang menjadi kediamanku kelak, didalamnya tak lain cacing dan serangga pemakan bangkai, tubuhku yang tak mampu menepis binatang yang menggerogotiku dan menjadikan tubuhku sarang dan tempat bertelur, alangkah tak berdayanya tubuh ini, sahabatku meninggalkanku, anak istriku meninggalkanku, orangtuaku meninggalkanku, semua orang yang kukenal melupakanku, mereka tak mau ikut mati bersamaku, mereka tak mau tahu lagi apa yang menimpaku dikuburku, mereka tak mau walau hanya menepiskan cacing yang menggerogoti tubuhku, mereka tak perduli lagi tubuhku membusuk sedikit demi sedikit, hingga tubuhku hancur dan berbau, hingga tubuhku menjadi tulang, lalu habis musnah menjadi tanah?, kemana aku akan pergi, ruhku akan melayang memenuhi panggilan Penciptaku.

Wahai Allah, tak ada selain Mu, Engkaulah yang akan menepiskan semua serangga yang mendekati tubuhku, akan Kau jaga tubuhku yang masuk dalam perut Bumi, Engkau mendengar jeritan hatiku yang merindukan Mu, maka dengarlah Wahai yang menciptakan harapan, wahai yang menciptakan segala kerinduan, wahai yang menciptakan keinginan untuk mengadu, kulontarkan kalimat yang kini hampir memecahkan kalbuku, Aku tak mempunyai selain Mu untuk mengadu, untuk menolong, untuk memberi, untuk diharapkan, untuk bergerak, untuk bernafas, untuk berucap, untuk bersuara, untuk mendengar, untuk melihat, untuk melangkah, untuk bergerak, untuk berfikir, untuk makan, untuk minum, untuk tersenyum, untuk bergembira, untuk segala galanya, selain Mu, semua yang kumiliki, dan yang tak kumilki adalah milik Mu, tubuhku milik Mu, makananku milik Mu, semua yang kulihat milik Mu, semua yang kudengar Milik Mu, semua yang kuuucapkan milik Mu, semua langkahku milik Mu, setiap nafasku milik Mu, setiap detak jantungku milik Mu, perasaanku milik Mu, kerinduanku milik Mu, harapanku milik Mu, kesedihanku milik Mu, kegembiraanku milik Mu, alangkah indahnya wahai Rabb, Karena Engkau memilikiku, Engkau menggenggam diriku, Engkau mengaturku, Engkau menjagaku, Engkau melindungiku, Engkau mengayomiku, Engkau melimpahkan kelembutan Mu padaku, aku merindukan Mu wahai Allah, Engkau memanggilku agar aku dekat kepada Mu wahai Allah?

Wahai yang menciptakan cinta kasih di seluruh kalbu hamba Nya, Engkau menghendaki aku mencintai Mu wahai Allah.., wahai yang menciptakan lidah saling menyebut nama nama hamba Nya, Engkau menghendaki aku menyebut nama Mu wahai Allah?, wahai yang menciptakan segala yang indah, keindahan yang terlihat dan yang tak terlihat, keindahan yang terdengar dan tak terdengar, keindahan yang terucapkan dan tak terucapkan, keindahan yang terasa dan tak dapat dirasa, keindahan yang diketahui dan yang tak diketahui, keindahan yang tersaksikan dan yang tersembunyi, semua keindahan itu berasal dari keindahan Mu wahai Allah, maka betapa indahnya Engkau .., betapa lembutnya Engkau ?

Maka Wahai Pencipta Keindahan, Wahai Pencipta Kelembutan, Wahai Pencipta Kasih sayang, sebagaimana Engkau perlihatkan keindahan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kelembutan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kasih sayang yang ada pada makhluk Mu, maka perlihatkan padaku Keindahan Mu wahai Allah?, perlihatkan kelembutan Mu wahai Allah.., perlihatkan kasih sayang Mu wahai Allah?, walau hanya berupa harapan, walau hanya berupa sangkaan, walau hanya berupa khayalan, walau hanya berupa kerinduan, walau hanya berupa keinginan, walau hanya berupa airmata, walau hanya berupa pemberian, walau hanya berupa lamunan, walau hanya berupa kemudahan, walau hanya berupa pertolongan, asalkan aku mengetahui bahwa itu datang dari kelembutan Mu, datang dari kasih sayang Mu, datang dari keindahan Mu, alangkah kecewa hamba yang hanya memiliki harapan, hamba yang hanya memiliki khayalan, hamba yang hanya memiliki lamunan, hamba yang hanya memiliki kerinduan, hamba yang hanya ingin dekat, hamba yang hanya mendambakan kelembutan, hamba yang hanya mendambakan ayoman, hamba yang hanya mendambakan kasih sayang, sedangkan modal semua harapanku hanyalah airmata, apakah ia harus dikecewakan oleh yang Maha tak mengecewakan, alangkah hancur perasaannya kalau kerinduannya ditolak oleh yang Maha tak menolak kerinduan, alangkah berkeping kepingnya kecintaannya, bila keinginannya untuk dekat tertolak oleh yang Maha tak menolak hamba Nya yang ingin dekat, itu semua tak ada pada dzat Mu, itu semua tak ada dalam sifat Mu, itu semua tak ada pada perbuatan Mu, apalagi yang membuatku tertolak sedangkan Engkau yang Maha menerima, apalagi yang membuatku tersingkir sedangkan Engkau yang Maha merangkul, apalagi yang membuatku terjauhkan, sedangkan Engkaulah yang maha mendekatkan, salahkah aku merindukan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan kerinduanku pada Mu, salahkah aku menginginkan dekat pada Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan keinginanku untuk dekat kepada Mu, salahkah aku merasa tenggelam dalam samudra Kelembutan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan perasaa itu dihatiku.

Wahai Allah.., wahai yang menamakan diri Nya Allah?, wahai yang menginginkan nama Nya dipanggil Allah, wahai yang menginginkan lidahku memanggil Dzat Nya dengan panggilan Allah, wahai yang menginginkan aku mengharapkan Nya dg mengingat nama Allah, wahai yang menciptakan lidahku bergetar menyebut Nama Allah?, wahai yang memberikan kemampuan pada jemariku menuliskan nama Allah.., maka dengan kemauan Mu kusebut namamu Allah.., dengan keinginan Mu kurindukan Engkau Allah.., dengan keinginan Mu aku ingin dekat kepada Mu wahai Allah?, salahkah aku berkeinginan, salahkah aku merindukan, salahkah aku ingin dekat, sedangkan semua getaran kalbuku itu adalah keinginan Mu wahai Allah?, maka sebagaimana Kau jadikan cacing merangkak tanpa tangan dan kaki, maka jadikan aku merangkak kepadamu tanpa hambatan, sebagaimana Kau jadikan anjing najis bertasbih mensucikan Mu, maka jadikan aku pendosa hina yang mendambakanmu, sebagaimana kaujadikan air mengalir menjadi beku, maka jadikan harapanku mengalir kearah Mu dan membeku dipintu Mu, sebagaimana Kau jadikan gunung batu menjadi debu, maka jadikan seluruh kesalahanku menjadi debu dihadapan Keagungan Mu, sebagaimana Kau jadikan bumi perkasa terinjak injak, maka jadikan hawa nafsuku terinjak injak kerinduanku kepada Mu, sebagaimana Kau jadikan Raja berwibawa terkalahkan dan terhinakan, maka jadikan kesombonganku terhinakan oleh kewibawaan Mu, sebagaimana kau jadikan sesuatu yang bergerak menjadi diam, maka jadikan tubuhku yang bergerak berubah diam dari segala yang tak Kau ridhai, sebagaimana kau jadikan semua yang ada menjadi fana, maka jadikanlah gunung dosa ini fana dalam kelembutan Mu, sebagaimana kau jadikan yang tak mungkin menjadi kepastian, maka Jadikan semua ketidak mungkinanku untuk dekat menjadi janji kepastian. 
 

Sabtu, 27 November 2010

Al Khansa : Ibunda 4 Mujahid Sejati


Ada semangat tersendiri setelah saya membaca kisah ini, sebuah kisah seorang wanita yang bernama Al khansa yang merupakan ibu dari 4 mujahid sejati. Saya sangat ingin menjadi wanita tegar seperti nya, menjadi ibu mulia dari 4 anak nya yang syahid dalam perjuangan menegakkan islam, meninggikan kalimah tauhid...Subhanalloh...Semoga kita mampu menauladani nya dan InsyaAlloh lebih baik dari nya,, menjadi wanita yang melahirkan lebih banyak generasi-generasi mujahid, tidak hanya 4 tapi lebih dari 4, InsyaAlloh, amin 1000x.
Saya berharap teman-teman yang membaca kisah ini juga ikut termotivasi ,,,^_^




Empat putera Khansa yang gugur menyongsong syahadah…
Siapakah gerangan di balik mereka?
Ada pepatah yang tak asing di telinga kita, di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita yang mulia.

Bagaimana Al Khansa, seorang ibu yang mulia, mengantarkan keempat puteranya menjadi seorang mujahid sejati?
Dialah al-Khansa', wanita Arab pertama yang jago bersyair. Para sejarawan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago bersyair dari pada al-Khansa’, sebelum maupun sepeninggal dirinya. Konon mulanya ia tak pandai bersyair, ia hanya bisa melantunkan dua atau tiga bait saja.
Namun di zaman jahiliyah, tatkala saudara kandungnya yang bernama Mu’awiyah bin Amru as -Sulami terbunuh, ia meratapi kematiannya dalam beberapa bait syair.
Lalu menyusullah saudara seayahnya yang terbunuh pula, namanya Shakhr.
Konon al-Khansa’ amat mencintai saudaranya yang satu ini, karena ia amat penyabar, penyantun, dan penuh perhatian terhadap keluarga. Kematiannya menyebabkannya sangat terpukul, lalu muncullah bakat bersyairnya yang selama ini terpendam. Dan mulailah ia melantunkan bait demi baik meratapi kematian saudaranya. Semenjak itulah ia mulai banyak bersyair dan syairnya semakin indah.
Keislaman al-Khansa’ dan Kaumnya
Tatkala mendengar dakwah Islam, al-Khansa’ datang bersama kaumnya —Bani Sulaim— menghadap Rasulullah dan menyatakan keislaman mereka. Ahli-ahli sejarah menceritakan bahwa pernah suatu ketika Rasulullah menyuruhnya melantunkan syair, kemudian karena kagum keindahan syairnya, beliau mengatakan, “Ayo teruskan, tambah lagi syairnya, wahai Khansa’!” sambil mengisyaratkan dengan telunjuk beliau.
Wasiat al-Khansa’ Bagi Keempat Anaknya
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam perang al-Qadisiyyah.
Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa berwasiat kepada putera-puteranya,
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia. kalian adalah putera dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putera dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan khal) kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak
pernah menyamarkan nasab kalian.
Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Qs. Ali Imran: 200)
Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Ilahi.
Apabila pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan.”
Kepahlawanan Keempat Anaknya
Terdorong oleh nasihat ibunya, keempat puteranya tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Dan tatkala fajar menyingsing, majulah keempat puteranya menuju kamp-kamp musuh.
Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus anak pertama memulai serangannya sambil bersyair,
Saudaraku, ingatlah pesan ibumu
tatkala ia menasehatimu di waktu malam..
Nasehatnya sungguh jelas dan tegas,
“Majulah dengan geram dan wajah muram!”
Yang kalian hadapi nanti hanyalah
anjing-anjing Sasan yang mengaum geram..
Mereka telah yakin akan kehancurannya,
maka pilihlah antara kehidupan yang tenteram
atau kematian yang penuh keberuntungan
Ibarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur. Semoga Allah merahmatinya.
Berikutnya, giliran yang kedua maju menyerang sembari melantunkan,
Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah,
pendapatnya sungguh tepat dan bijaksana
Ia perintahkan kita dengan penuh bijaksana,
sebagai nasihat yang tulus bagi puteranya
Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka
dan raihlah kemenangan yang nyata
Atau kematian yang sungguh mulia
di jannatul Firdaus yang kekal selamanya
Kemudian ia bertempur hingga titik darah yang penghabisan menyusul saudaranya ke alam baka. Semoga Allah merahmatinya.
Lalu yang ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak saudaranya, seraya bersyair,
Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibu
perintah yang sarat dengan rasa kasih sayang
Sebagai kebaktian nan tulus dan kejujuran
maka majulah dengan gagah ke medan perang..
hingga pasukan Kisra terpukul mundur atau biarkan mereka tahu,
bagaimana cara berjuang
Janganlah mundur karena itu tanda kelemahan
raihlah kemenangan meski maut menghadang
Kemudian ia terus bertempur hingga mati terbunuh. Semoga Allah merahmatinya.
Lalu tibalah giliran anak terakhir yang menyerang. Ia maju seraya melantunkan,
Aku bukanlah anak si Khansa’ maupun Akhram
tidak juga Umar atau leluhur yang mulia,
Jika aku tak menghalau pasukan Ajam,
melawan bahaya dan menyibak barisan tentara
Demi kemenangan yang menanti, dan kejayaan
ataulah kematian, di jalan yang lebih mulia
Lalu ia pun bertempur habis-habisan hingga gugur. Semoga Allah meridhainya beserta ketiga saudaranya.
Tatkala berita gugurnya keempat anaknya tadi sampai telinga al-Khansa’, ia hanya tabah sembari mengatakan,
“Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.”


Label : Mutiara Penggingat

waktu...



Waktu semakin tipis, tapi kesadaran tak semakin menebal. Waktu kian habis. Namun, belum juga kita sampai pada titik nalar yang benar.
Kita seharusnya selalu dituntut untuk sadar. Sadar dalam menjalani waktu. Karena sesungguhnya kita sedang mencipta sejarah. Sejarah apa yang telah kita cipta setahun yang lalu? Sejarah apa yang telah kita ubah sebulan yang lalu? Bahkan sejarah apa yang sedang kita pikirkan sedetik lalu? Pertanyaan-pertanyaan yang selayaknya kita layangkan berulang-ulang tidak saja pada diri sendiri tapi juga pada karib, kawan. Sejarah apa yang sedang kita sulam?

Hidup bukanlah rangkaian waktu yang terjadi begitu saja. Dari tiada lalu lahir, besar, tua, dan hilang. Sungguh, tak seperti itu yang terjadi sebenarnya. Kita akan ditanya tentang waktu-waktu yang telah berlalu dalam hidup ini. Ditanya oleh yang punya waktu, kemana saja waktu dihabiskan dan pergi.
Waktu adalah pedang, begitu kata pepatah arab. Tapi sekali lagi, meski waktu adalah pedang, tak pernah kita punya perasaan bahwa sewaktu-waktu kita terpenggal. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa kesadaran mencipta sejarah. Kita menjalani waktu seolah kita lahir, besar, lalu tua dan mati, hilang tanpa dituntut pertanggungjawaban.

Waktu akan terus mengapung dalam ruang hidup, meminta jawab dan selalu mengajukan pertanyaan. Sungguh, kita tak diajrkan untuk menjalankan hidup apa adanya. Rosul merancang hidupnya. Rosul merancang dakwah nya. Rosul merancang sejarahnya. Begitu juga dengan sahabat dan uswah teladan lainnya. Hidup mereka tidak mengalir begitu saja. Mereka memikirkan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dan peran apa yang harus mereka mainkan.

Peranan dalam sejarah harus kita tentukan. Kita tak bisa lagi membiarkan waktu berlalu tanpa peran dan jejak-jejak kaki kita mencipta sejarah. Tentu saja sejarah yang cemerlang, diingat dan dituturkan dengan bangga dan riang. Bukan sejarah yang diceritakan dengan mengenang segala keburukan.
Label : Mutiara Pengingat

MARI KITA BERLARI !!!!



Ayyuhal Muslimun, Marilah kita bergegas dan bersegera, marilah kita berlari..
Alloh Subhanahu Wata’ala yang memerintahkan engkau tuk berlari..
Tapi berlari kemana??
Aku sudah sering berlari...
Yang ku ingatkan kali ini ialah ajakan Alloh untuk kita agar berlari kepada-Nya. Alloh Ta’ala berirman :
فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ‌ۖ إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ۬ مُّبِينٌ۬
Maka berlarilah kembali kepada [menta’ati] Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (Adz-Dzariyat:50)
Ya, berlari menuju-Nya,menuju keta’atan pada-Nya dan menuju ampunan dari-Nya.karena sungguh dibelakangmu ada iblis dan tentaranya yang selalu mengejarmu dan menjauhkanmu dari Rob-mu.disisimu ada para Syaithon yang akan meninabobokanmu dalam buaian maksiatnya.
إِنَّ ٱلشَّيۡطَـٰنَ لَكُمۡ عَدُوٌّ۬ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُ ۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَـٰبِ ٱلسَّعِيرِ
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh [mu], karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Faathir:6)
Namun sayang,disana banyak manusia yang berlari dari Rahmat-Nya,menjauh dari-Nya,sehingga membuat musuhnya girang dan tertawa.
Ya,mari kita berlari menuju Alloh, karena dibelakangmu ada dunia yang dipenuhi fitnah dan syahwatnya,dihiasi perhiasannya yang akan melalaikan engkau dari Rob-mu Subhanahu Wata’ala.
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِ‌ۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُ ۥ ثُمَّ يَہِيجُ فَتَرَٮٰهُ مُصۡفَرًّ۬ا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمً۬ا‌ۖ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ۬ شَدِيدٌ۬ وَمَغۡفِرَةٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنٌ۬‌ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat [nanti] ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadiid: 20)
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ‌ۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu [kembali setelah] dibangkitkan. (Al-Mulk: 15)
Wahai anak muda dan orang tua, berlarilah menuju Alloh...
Bersungguh-sungguhlah menuju keridhaan dan Ampunan-Nya.
وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَہۡدِيَنَّہُمۡ سُبُلَنَا‌ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk [mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabuut:69)
Dalam hadits Qudsyi Alloh Ta’ala berirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rah-mat) bila dia ingat Aku. Jika dia meng-ingatKu dalam dirinya, Aku mengingat-nya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mende-kat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat ke-padanya sedepa. Jika dia datang kepa-daKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.(HR.Bukhari,kitab Tauhid:6856 )
Maka apalagi yang kalian tunggu Ayyuhal ikhwah...???
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُہُمۡ لِذِڪۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun [kepada mereka](Al-Hadid: 16)
حتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ (٩٩) لَعَلِّىٓ أَعۡمَلُ صَـٰلِحً۬ا فِيمَا تَرَكۡتُ‌ۚ كَلَّآ‌ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآٮِٕلُهَا‌ۖ وَمِن وَرَآٮِٕهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ (١٠٠) فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ (١٠١) فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٠٢) وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِى جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ (١٠٣) تَلۡفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ وَهُمۡ فِيہَا كَـٰلِحُونَ
hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku [ke dunia] (99) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (100) Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya.(101) Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan] nya.maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan(102) Dan barangsiapa yang ringan timbangannya maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam (103) Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat (al-Mukminun:104)

Wasiat Seorang Ayah




Duhai Istri dan anak-anakku,
Jangan sampai dunia melalaikanmu.
Ambilah bagianmu dari dunia sekedar apa yang menjadi kebutuhanmu, dan bukan apa yang menjadi keinginanmu.
Tunaikanlah kewajiban-kewajiban kepada Tuhanmu dengan sungguh-sungguh.
Ingatlah satu hal yang akan memutuskan segala kelezatan, yang akan memisahkan dirimu dengan orang-orang yang engkau cintai, yang memisahkan antara sang ibu dengan anaknya, yang memisahkan antara sang suami dengan istrinya, yang memisahkan antara seorang yang kaya, dengan harta-harta yang dicintainya.
Persiapkan bekal akhiratmu.
Jadikan kerinduan terbesarmu adalah kebahagiaan di negeri akhirat. Ingatlah bahwa sesungguhnya kebahagiaan di dunia itu akan segera sirna, sedang kebahagiaan akhirat itu adalah kekal lagi abadi.
Duhai Istri dan anak-anaku,
Kiranya nasehat di atas sudah cukup bagi kalian.
Sesungguhnya nasehat di atas kutujukan yang utama adalah bagi diriku.
Semoga Allah memberikanku dan kalian taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat merenungkan nasehat ini hingga berbuah menjadi amal sholeh…aamiin.

Jika Tanpa Ampunan Mu



Apalah diriku
Hanya sebongkah tanah yang IA bentuk menjadi manusia
Yang atas Rahmaan~Nya IA jadikan kumampu bicara
Yang IA jadikan diriku mampu melihat dan berkata
Namun sedikit dariku terlahir kesyukuran atas berlimpah anugerah
Ya Robb,
Jika bukan karena Rahmat~Mu
Sungguh tak layak kiranya diriku hidup
Ya Robb,
Jika bukan karena besarnya Ampunan~Mu
Secuil dosa hamba sudah pasti meluluh lantakkan segala
Jika tanpa ampunan~Mu Ya Robbiy
Apalah arti tarikan nafas ini…

Untuk Mu, Ya Alloh




Ya Aziz..........
Jika Cinta Adalah Ketertawanan
Tawanlah Aku Dengan Cinta Kepada-Mu
Agar Tidak Ada Lagi Yang Dapat
Menawanku Selain Engkau
Ya Rohim..........
Jika Cinta Adalah Pengorbanan
Tumbuhkan Niat Dari Semua Pengorbananku
Semata-mata Tulus Untuk-Mu
Agar Aku Ikhlas Menerima Apapun Keputusan-Mu
Ya Robbii..........
Jika Rindu Adalah Rasa Sakit
Yang Tidak Menemukan Muaranya
Penuhilah Rasa Sakitku
Dengan Rindu Kepada-Mu
Dan Jadikan Kematianku Sebagai
Muara Pertemuanku Dengan-Mu
Ya Robbii..........
Jika Sayang Adalah Sesuatu Yang Mempesona
Ikatlah Aku Dengan Pesona-Mu
Agar Damai Senantiasa Kurasakan
Saat Terucap Syukurku Atas Nikmat Dari-Mu
Ya Alloh..........
Jika Kasih Adalah Kebahagiaan
Yang Tiada Bertepi
Tumbuhkan Kebahagiaan Dalam Hidupku
Di saat Kupersembahkan Sesuatu Untuk-Mu
Ya Alloh..........
Hatiku Hanya Cukup Untuk Satu Cinta
Jika Aku Tak Dapat Mengisinya Dengan Cinta Kepada-Mu
Kemanakah Wajahku Hendak Kusembunyikan Dari-Mu
Ya Ar-Rahman.........
Dunia Yg Engkau Bentangkan Begitu Luas
Bagai Belantara Yg Tak Dapat Kutembus
Di Malam Yang Gelap Gulita
Agar Tidak Tersesat Dalam Menapakinya
Ya Ar-Rahhim…….
Berikan Alas Kaki Buat Hamba Agar Jalan Yg Kutapaki Terasa Nikmat
Meski Penuh Dengan Bebatuan Runcing & Duri Yang Tajam
Hamba Sadar Semua Ini Milikmu Dan Suatu Saat
Jika Kau Kehendaki Semuanya Akan Kembali Jua Kepada-Mu
Hamba pasrahkan kehidupan hamba kepada-Mu.