klo ada ikhwan yang curhat kepada akhwat, gimana yak ?? ditolak apa didengerin ?? ato malah diperhatiin ??klo menurutku dilihat dari segi kebermanfaatan dan kemudharatannya.. nah itu semua dilihat dari segala sisi. Klo segi kebermanfaatannya terlalu kecil atau sama dengan tingkat mudharat yang dirasakan maka lebih baik disarankan untuk dihindari. Tetapi klo memang ketika tidak diberikan masukan terhadap masalahnya, malah menimbulkan kerusakan yang lebih dahsyat maka harus dibantu.
Toh… Aisyah pernah ditanyakan tentang permasalahan yang dihadapi para sahabat, beliau dengan tetap menjaga kehormatannya dan hatinya ia membantu mereka dengan penjelasan dari prilaku Rasulullah kala itu. hal ini menunjukan komunikasi antara ikhwan dan akhwat tidak harus sama sekali terputus, terlebih dalam meminta pertimbangan yang memang tidak diketahui oleh kebanyakan ikhwan tetapi diketahui oleh akhwat. Dalam Al-Qur’an sekalipun tidak ada penjelasan yang tegas bahwa antara ikhwan dan akhwat tidak boleh sama sekali berkomunikasi. yang ada adalah kewajiban untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan… klo dirasa bukan lagi dalam koridor kebaikan, baik itu kebaikan bagi dirinya atau malah membahayakan diri kita sebaiknya dihindari.
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)Pada dasarnya seorang ikhwan memang punya sisi teritori yang membuatnya agak jengah dan minder untuk menunjukan kelemahannya pada ikhwan lainnya, sehingga itulah yang membuat ikhwan lebih cenderung untuk menyatakan kondisinya kepada lawan jenisnya.
Akan tetapi itu semua juga harus di mulai dari diri kita untuk menjaga hati kita, terlebih kita sebagai seorang muslimah yang belum menikah. Aku mau membahas itu, karena perlu untuk dipertimbangkan ketika akan berinteraksi dengan lawan jenis.
Karena hati itu, rentan terhadap interaksi yang intens terhadap lawan jenis. klo kata orang Jawa, witing tresno jalaran soko kulino, atau benih cinta itu tumbuh dari interaksi yang dekat dan intens.
So.. Hindari di hati kita ada rasa kagum yang berlebihan pada saat berkomunikasi, sehingga timbul rasa harap untuk selalu dekat dengan dirinya. Coz itu bisa membuat kelak klo seandainya dirinya bukanlah pendamping yang Allah tetapkan atas kita, yang ada kita akan sulit bersyukur atas kondisi suami kita. Padahal konteks hadist yang menjelaskan kenapa di neraka jumlah wanita itu banyak, karena di dunia mereka adalah istri-istri yang tidak pandai bersyukur terhadap suaminya.
Nabi Bersabda, “Wahai kaum wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar, karena sesungguhnya aku melihat sebagian besar kalian adalah penghuni neraka.”Untuk menanyakan segala bentuk pertimbangan akan sesuatu hal, tanyalah kepada barometer kebaikan dan keburukan yaitu hati dan akal pikiran. Adakalanya kita perlu mendengarkan pikiran kita daripada kecenderungan negatif hati kita, hanya untuk sekedar melindungi hati kita. Bukankah kondisi hati itu, adakalanya terbolak-balik ? makanya kita lebih banyak berdo’a untuk Allah menjaganya
Seorang wanita di antara mereka bertanya, “Kenapa sebagian besar kami menjadi penghuni neraka?”
Beliau menjawab, “Karena kalian sering mengutuk dan tidak berterima kasih kepada suami kalian…” (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar